You are currently viewing Business Motivation Model

Business Motivation Model

Hold the Vision
Trust the Process

Business Motivation Model (BMM)

Menjelaskan pondasi dan panduan awal untuk memulai sebuah bisnis. Business Motivation Model (BMM) ini dibuat dan ditetapkan oleh konsorsium praktisi manajemen bisnis kelas dunia yang diawali oleh Business Rule Group (BRG). Kemudian BMM ini diadopsi dan dibuatkan standarisasinya oleh Open Management Group (OMG). OMG dikenal sebagai salah satu organisasi internasional yang bergerak dalam hal standarisasi bidang manajemen yang banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia.

Hold the Vision Trust the Process

Membangun sebuah bisnis tentu saja tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Jika hanya dengan niat dan semangat saja bisa, tentu saja jalanan sudah dipenuhi oleh para pebisnis. Selanjutnya, siapa yang akan menjadi eksekutor bisnis. Bukankah menjalankan bisnis dibutuhkan lebih banyak karyawan dibandingkan dengan pengusaha?

Setiap bisnis mempunyai keunikan tersendiri, mulai dari produk, tim, manajemen, bahkan cara mendapatkan inspirasinya. Tidak ada entitas bisnis dalam hal ini perusahaan yang identik satu dengan yang lain walaupun berada dalam satu sektor industri yang sama.

Saat ini banyak cara yang bisa dilakukan oleh pebisnis pemula untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pengusaha. Mulai menempuh pendidikan formal, belajar mandiri, menghadirkan seorang coach, mengikuti seminar, pelatihan, workshop, magang, belajar di komunitas, dan masih banyak lagi lainnya.

Setiap cara mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tak ada yang salah dengan cara-cara tersebut, yang salah adalah mempunyai keinginan menjadi pebisnis namun tak pernah melakukan eksekusi walaupun hanya satu tahapan.

Secara umum cukup banyak tahapan yang bisa dilalui untuk mewujudkan sebuah bisnis. Tahapan dari awal hingga akhir bisa dideskripsikan secara ringkas sebagai berikut:

  1. Jadilah sebagai sosok yang menginspirasi.
  2. Bisnis membutuhkan passion, lakukan sesuatu yang disukai.
  3. Belajarlah banyak hal terkait dengan bisnis.
  4. Ciptakan sebuah ide yang akan menjadikan bisnis Anda bertumbuh kembang ke samudera biru.
  5. Kumpulkan sebanyak mungkin informasi terkait dengan ide tersebut, apakah sesuatu yang baru ataukah tidak.
  6. Berceritalah kepada orang-orang terdekat tentang ide yang akan Anda eksekusi. Terbukalah untuk menerima setiap masukan dari mereka.
  7. Kembangkan ide tersebut menjadi sesuatu yang lebih detail.
  8. Buatlah Business Guide yang akan memandu Anda melakukan langkah eksekusi secara mendetail.
  9. Tentukan target pasar.
  10. Rencanakan arsitektur keuangan bisnis yang akan digunakan.
  11. Buat model operasional bisnis yang akan dilakukan.
  12. Rencanakan pengelolaan karyawan.
  13. Susun rencana pemasaran dan penjualan.
  14. Rencanakan proyeksi pertumbuhan bisnis.
  15. Putuskan entitas bisnis ke dalam sebuah perusahaan. Tentukan pula bentuk badan hukum yang sesuai dengan bisnis Anda.
  16. Pilih apa yang ingin dieksekusi terlebih dahulu dengan mempertimbangkan kebutuhan orang, keuangan, dan sumber daya yang lain.
  17. Analisis resiko secara objektif jika bisnis Anda mulai turun.
  18. Jika sudah siap, maka lakukan aksi sekarang. Bila bisnis Anda membutuhan pendanaan, hubungi pihak-pihak yang dinilai dapat memberikan bantuan akses keuangan.
  19. Persiapkan kebutuhan yang akan diperlukan oleh orangorang Anda untuk membantu menjalankan bisnis Anda beserta sumber daya lain yang dibutuhkan.
  20. Identifikasikan calon konsumen potensial Anda.
  21. Daftarkan bisnis Anda ke pihak yang berwewenang sesuai dengan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
  22. Jangan lupa untuk mengurus administrasi perpajakan. Pastikan usaha Anda mempunyai NPWP.
  23. Uruslah perijinan yang terkait dengan bisnis Anda sesuai dengan aturan yang berlaku.
  24. Temukan dan rekrut satu atau lebih mentor bisnis yang berpengalaman terutama di sektor bisnis Anda. Sesuaikan dengan anggara yang telah ditetapkan untuk jasa mentoring yang akan diterima.
  25. Tentukan lokasi di mana bisnis Anda akan dijalanan, jika berbasis on-line, tentukan media on-line seperti apa yang akan Anda gunakan.
  26. Buatlah sebuah brand yang unik sesuai dengan produk atau solusi yang Anda tawarkan.
  27. Mulailah untuk memikirkan personal dan corporate brand yang akan membantu bisnis Anda dikenal.
  28. Pastikan bahwa produk atau jasa yang Anda buat telah selesai walaupun masih dalam bentuk prototipe.
  29. Temukan penyedia dan mitra utama untuk membantu memenuhi ketersediaan bahan baku yang akan digunakan untuk membuat produk atau jasa.
  30. Rekrut karyawan untuk pertama kali, lakukan filter yang cukup selektif untuk mendapatkan orang pertama yang akan mampu menjadi pondasi bisnis Anda.
  31. Buatlah perencanaan pengelolaan karyawan dan budaya kerja perusahaan yang akan menjadi acuan karyawan Anda.
  32. Lakukan penjualan secara formal untuk pertama kalinya.
  33. Gunakan potensi pemasaran on-line secara maksimal sesuai dengan karakteristik bisnis Anda.
  34. Buatlah sebanyak mungkin jaringan yang dapat membantu Anda melakukan penjualan.
  35. Gunakan berbagai metode untuk mempercepat akuisisi pelanggan.
  36. Rekrut lebih banyak lagi karyawan Anda sesuai dengan kapasitas produksi atau layanan Anda saat ini.
  37. Pastikan arus kas lancar dan positif dengan tetap memperhatikan aspek kehati-hatian dalam pengelolaan keuangan.
  38. Tingkatkan strategi pemasaran dan penjualan.
  39. Penambahan infrastruktur maupun aset lain guna mendukung produksi atau pelayanan jasa.
  40. Belajarlah lebih banyak lagi terkait dengan industri yang saat ini sedang Anda geluti. Temukan peluang-peluang lain yang terkait dengan bisnis Anda sekarang.
  41. Pastikan Anda menjadi pemimpin dalam bisnis Anda saat ini, lakukan aktivitas disruption atau gangguan terhadap kompetitor lain yang ada.
  42. Evaluasi secara terus menerus aktivitas bisnis Anda. Gunakan metode pengukuran kinerja bisnis Anda untuk dasar melakukan perbaikan.

Enterprise Architecture

Sebelum membahas tentang Business Motivation Model (BMM), sebaiknya perludibahas tentang Enterprise Architecture (EA) agar nantinya mempunyai pehamanan yang lengkap dan sistematis tentang BMM. Mengapa BMM dibutuhkan dan apa hubungannya dengan bisnis.

EA tidak berhubungan dengan ukuran atau skala bisnis yang sedang Anda kelola saat ini. EA hanyalah sekedar cara memandang sebuah sistem yang dibangun dari beberapa bagian.

Bahkan usaha skala kecil maupun menengah pun boleh dan sudah saatnya mempunyai pemikiran yang holistik. Jangan pernah terkecoh dengan penggunaan kata Enterprise yang seolah-olah diasosiakandengan pengeolaan sebuah perusahaan yang beromzet ratusan milyar atau triliunan rupiah.

Bahkan perusahaan skala besarpun belum tentu menerapkan Enterprise Architecture ini dengan baik. Sekali lagi,EA adalah mindset bagaimana mengelola usaha secara menyeluruh dengan menyatukan aspek bisnis dan teknologi informasi. Cara pandang EA dalam mengelola sebuah bisnis dapat diadopsi oleh pelaku UKM dengan melakukan beberapa penyesuaian tergantung kepada kondisi yang sedang dihadapi.

EA terdiri atas Business Architecture, Information Architecture, dan Technology Architecture. Bisnis akan berjalan denganbaik jika ketiga arsitektur ini digunakan dan dieksekusi secara bersinergi. Masing -masing bagian tidak boleh berjalan

sendiri-sendiri. Ketiganya harus mendukung strategi bisnis yang telah ditetapkan. Pengelolaan bisnis akan pincang jika salah satu dari ketiga pilar tersebut tidak diperhatikan. Bisnis tidak boleh sekedar dipandang dengan kacamata bisnis. Pengelolaan bisnis harus dikerjakan secara menyeluruh atau holistik.

Enterprise Architecture
A – Enterprise Architecture

Business Architecture Secara sederhana yang dimaksud dengan Business Architecture (BA) adalah struktur sebuah bisnis yang mendiskripsikan bagaimana strategi bisnis dapat diwujudkan. Didalam mendefinisikan struktur bisnis, BA mempertimbangkan aspek kondisi pelanggan, finansial, market yang selalu berubah agar dapat selaras dengan tujuan dan sasaran strategis perusahaan. Selain itu BA juga menjelaskan tentang penyedia dan pemasok, organisasi, capability, serta sisi operasional perusahaan.

B – Business Architecture

Motivation

Menjelaskan sesuatu yang bisa menggerakkan bisnis, mengapa perusahaan didirikan. Pertanyaan “why” ini harus terjawab di dalam bagian Motivation. Untuk menjelaskan Motivation ini secara terstuktur maka diperlukan sebuah model motivasi bisnis. Open Management Group (OMG) telah membuat sebuah standar internasional yang telah di sepakati oleh konsorsium praktisi binis, yaitu Business Motivation Model (BMM). Versi terakhir BMM adalah 1.3 yang dirilis pada tahun 2015.

Secara singkat BMM ini berisikan apaapa yang diinginkan oleh perusahaan melalui visi, tujuan, dan target beserta bagaimana cara mendapatkannya dengan menggunakan pendekatan misi, strategi, dan taktik. Penjelasan lebih dalam akan dibahas pada sesi lain di tulisan ini.

Strategy

Terdapat banyak opsi yang bisa digunakan untuk menjalankan strategi bisnis. Pemilihan strategi ini disesuaikan dengan karakter bisnis, kemampuan eksekusi, kondisi market, dan lain sebagainya. Diantara strategi bisnis yang sering digunakan adalah menggunakan Business Model Canvas (BMC) dan Balanced ScoreCard (BSC).

BMC sesuai jika digunakan untuk tipikal usaha rintisan yang dimulai dengan skala kecil. Sedangkan BSC lebih cocok digunakan untuk organisasi yang cukup kompleks. Strategi bisnis akan menjelaskan elemen-elemen apa saja yang akan mempengaruhi jalannya bisnis, mulai dari market, keuangan, proses, aktvitas, sumber daya, distribusi, produk, dan lain-lain. Semua elemen ini akan saling terkait untuk memastikan tujuan bisnis dapat dicapai.

Business Model Canvas (BMC)
C – Business Model Canvas (BMC)

Business layer

Lapisan ini akan menerjemahkan Business Canvas ke dalam elemen yang mempunyai sebuah value baik dari sisi market, value chain, produk, dan channel.

Business layer ini menjelaskan tentang market value, baik darisisi Unique Selling Proposition (USP), distribusi produk atau layanan, segmentasi pasar, serta positioning.

Selain itu juga mendiskripsikan bagaimana Unique Value Proposition (UVP) ditetapkan, merumuskan solusi apa yangsebaiknya diberikan, dan membangun interaksi dengan pelanggan.

Aktivitas dan resource kunci juga ditetapkan agar dapat membantu dalam kegiatan operasional perusahaan, seperti kapabilitas, proses bisnis, kebijakan, informasi, teknologi, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Capability

Business Capability adalah kemampuan perusahaan untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan ini mengacu kepada tiga hal, yaitu People, Process, dan Technology/Tools. Ketiga unsur tersebut harus saling mendukungdan berjalan sesuai dengan strategi bisnis.

Kapabilitas People dimulai dari proses rekrutmen yang baik, kemudian adanya program pelatihan atau peningkatan kompetensi yang lain, collective knowledge, Communication skill, dan lain-lain.

Operational

Merupakan implementasi dari Capability baik di sisi People, Process, dan Technology/Tools.

D – Balanced ScoreCard (BSC)
Business Layer
E – Business Layer

Business Motivation Model (BMM)

Setelah mempelajari sekilas tentang Enterprise Architecture dan Business Architecture, maka bisa dijelaskan bahwa Business Motivation Model (BMM)menempati level pertama di Arsitektur Bisnis. Setiap aktivitas pastilah didasari atas suatu motivasi, begitu pula dengan membangun bisnis. BMM akan menguraikan sebuah motivasi bisnis ke dalam model yang mudah untuk dipelajari.

BMM pertama kali ditetapkan oleh Business Rules Group (BRG), sebuah organisasi independen yang beranggotakan praktisi berpengalaman dalam hal analisis bisnis dan sistem. Selanjutnya BMM diadopsi dan dijadikan sebuah standar industri oleh Open Management Group (OMG). BMM versi terakhir saat ini adalah 1.3 yang dikeluarkan pada tahun 2015.

Business Motivation Model berisi sebuah skema atau struktur untuk pengembangkan, mengomunikasikan, dan mengatur rencana bisnis melalui:

  • Identifikasi faktor-faktor yang memotivasi pembuatan Business Plan
  • Identifikasi dan mendefinisikan elemen-elemen Business Plan
  •  Identifkasi bagaimana semua faktor dan elemen tersebut saling terkait

Jika dilihat dari perspektif bisnis, maka beberapa elemen BMM secara sederhana dapat dijelaskan dalam level visi, strategik, dan teknikal. Struktur puncak dari BMM adalah Ends, yaitu menjelaskan tentang Vision, Goals, dan Objectives. Sedangkan Means menjelaskan konsep rencana aksi seperti Mission, Strategy, dan Tactic. Ends menekankan apa yang ingin diraih, sedangkan Means mengacu kepada apa yang akan dikerjakan.

Elemen BMM terdiri dari:

  • Ends – Menjelaskan visi perusahaan, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai.
  • Means – Menjelaskan bagaimana tujuan Ends dapat dicapai.
  • Influencer – Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bisnis baik dari luar atau dalam perusahaan.
  • Assesment – Melakukan penilaian terhadap Influencers yang akan mempengaruhi tercapainya tujuan bisnis.

External Information – Mengacu kepada topik atau standarisasi lainnya yang bukan bagian dari BMM, seperti pemodelan proses bisnis dan struktur organisasi.

Means - Ends
F – Keterkaitan antara Means – Ends
Business Motivation Model (BMM)
G – BMM Overview

End – Vision

Sebuah visi menjelaskan tentang pandangan masa depan dari perusahaan, berisikan tujuan-tujuan yang ingin dicapai di waktu mendatang. Visi mempunyai kesan sebagai sesuatu yang futuristik, impian, dan mungkin agak mustahil diwujudkan, misalnya “Kami menjadi penyedia layanan solusi proses bisnis terintegrasi terdepan di Indonesia”.

Terdapat perbedaan dalam mengartikan sebuah visi, sebagai contoh:

Our vision is a world where everyone can be connected”Nokia.

A PC on every desk in every home” – Microsoft.

Kedua pernyataan tersebut bukanlah sebuah visi yang dimaksud dalam Business Motivation Model, sebab visi di BMM merujuk ke internal perusahaan, bukan ekosistem bisnisnya.

Contoh sebuah visi yang baik bisa dilihat dari perusahaan otomotif Ford berikut:

Become the world’s leading consumer company for automotive products dan services” Ford.

End – Goals and Objectives

Tujuan (Goals) haruslah dapat diukur dan masuk akal. Sebuah goal menguraikan sebuah visi yang akan dicapai di masamendatang. Jangan menetapkan sebuah goal yang tidak memiliki roh visi, hal ini akan menyebabkan kekaburan dalam mencapai sasaran.

Untuk membuat agar goal dapat dicapai, maka perlu ditetapkan sasaran. Usahakan agar sasaran (objective) tersebut mengandung nilai yang dapat dikuantitaskan. Hal ini akan membuat bahwa goal pada akhirnya dapat diukur. Contoh sasaran dari sebuah goal adalah “Dalam lima tahun mendatang, 20% market share otomasi proses bisnis di Indonesia menggunakan platform RetGoo”.

Means

Means merupakan implementasi dari End agar apa yangdiinginkan perusahaan tercapai. Terdapat sebuah ungkapan untuk menjelaskan hubungan antara Means dan End, yaitu:

Vision without action is a dream. Action without vision is simply passing the time. Action with vision is making a positive difference”-Joel Barker.

Means berarti menggunakan sesuatu untuk mencapai tujuan dari

End. Setidaknya ada tiga elemen yang membangun Means, yaitu

Mission, Course of Action, dan Directive.

Means – Mission

Misi (mission) membuat sebuah visi menjadi bisa diraih. Sebuah visi dapat mempunyai lebih dari satu misi. Pernyataan misi mempunyai tiga bagian, yaitu:

  • Sebuah aksi dalam bentuk kata kerja, contohnya: menyediakan
  • Produk atau layanan, seperti: solusi proses bisnis
  • Pelanggan atau market, seperti: di Indonesia

Contoh lengkap sebuah misi adalah “RetGoo menyediakan solusi proses bisnis terintegrasi terdepan di Indonesia”.

Means – Strategy and Tactic

Strategi menjelaskan kebijakan bagaimana sebuah misi harus dijalankan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam visi. Sedangkan taktik lebih mengarah kepada cara atau siasat yang dilakukan untuk menjalankan ketetapan atau kebijakan yang telah diambil. Sebuah strategi dapat terdiri dari lebih dari satu taktik. Dalam BMM, taktik merupakan implementasi dari strategi.

Contoh:

Goal: “Pelanggan kami puas terhadap solusi proses bisnis RetGoo

Mission: “RetGoo menyedakan solusi proses bisnis terintegrasiterdepan di Indonesia

Contoh beberapa strategi yang bisa ditetapkan:

  • Strategi 1: “Kami melakukan edukasi pentingnya proses bisnis dalam menunjang bisnis bagi sektor UMKM di Indonesia”.
  • Strategi 2: “Kami bekerja sama dengan para praktisi bisnis untuk menggunakan solusi otomasi proses bisnis RetGoo”.

Contoh taktik yang bisa dibuat berdasarkan strategi di atas:

  • Taktik 1: “Annisa dan Andhy membuat artikel yang menjelaskan benefit dari proses bisnis bagi pelaku UMK”.
  • Taktik 2: “Prasetyo mengisi kelas diskusi reguler dengan para pelaku UMK di tempat masing-masing”.
  • Taktik 3: “Gunarno menjalin kemitraan dengan para praktisi bisnis guna menggunakan solusi otomasi proses bisnis RetGoo”.

Means – Directive, Business Policy, and Business Rule

Memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bisnis dijalankan agar sesuai dengan tujuan bisnis secara efektif dan efisien. Arahan ini bisa berupa kebijakan (Business Policy) atau aturan bisnis (Business Rule). Dalam menjalankan arahan ini, BMM menyediakan dua level pelaksanaan, yaitu:

  • Ketat (Strict)Business Rule harus ditaati, hal ini dikarenakan telah menjadi ketetapan organisasi.
  • Pedoman (Guideline) – Business Rule boleh diikuti, tidak mempunyai dampak serius jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Contoh Directive berdasarkan contoh sebelumnya:

  • Business Directive: “Kami mempunyai keinginan untukmembantu para pelaku bisnis UMKM di Indonesia dalam pengelolaan bisnis agar menjadi lebih efisien”.
  • Business Rule (Guideline): “Memberikan edukasi dan panduantentang pengelolaan bisnis sesuai dengan kaidah manajemen yang baik dan modern”.
  • Business Rule (Strict): “Siapapun di perusahaan tidakdiperbolehkan memberikan informasi apapun terkait dengan pelanggan kepada pihak lain tanpa seijin tertulis dari pihak terkait.”

Influencer – External and Internal

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi jalannya bisnis, yaitu pengaruh dari eksternal dan internal. Hampir semua bisnis yang dikelola pasti menemui dinamika dan tantangan dalam perjalanannya. Faktor ekseternal seperti adanya perubahan kebijakan dan peraturan dari pemerintah, kondisi perekonomian yang tidak stabil, munculnya banyak kompetitor potensial yang berhadapan langsung dengan bisnis kita, ketidaksiapan para pemasok dalam memenuhi kebutuhan, dan masih banyak faktor eksternal lainnya.

Sedangkan faktor internal bisa dipicu oleh lingkungan tempat bekerja, etika karyawan, budaya dan nilai perusahaan, kompetensi karyawan, sarana dan prasarana pendukung, kelengkapan struktur organsisasi, proses, prosedur, dan lain-lain.

Assesment

Penilaian sangat dibutuhkan untuk membantu dalam memetakan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Jangkauan penilaian ini meliputi End, Means, dan Influencer. Assesment dapat berlaku kepada setiap orangyang terlibat di perusahaan. Penilaian standar BMM ini menggunakan sebuah metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).

External influencer =OpportunityatauThreat(Peluang atau Ancaman)

Internal influencer =StrengthatauWeakness(Kekuatan atau Kelemahan)

Organization Unit

Bagaimanapun hebatnya perusahaan dalam menyusun visi, tujuan, sasaran, misi, strategi, taktik, dan seterusnya, namun jika tidak ada yang mengesekusinya akan percuma! Diperlukan peranan manusia didalam menjalankan semua itu yang berada dalam struktur organisasi perusahaan.

Terdapat beberapa model yang dapat digunakan untuk membentuk struktur organisasi, bisa menggunakan konsep fungsional seperti departemen atau berdasarkan role. Pembentukan struktur organisasi haruslah mengacu kepada visi dan misi perusahaan agar dapat dijalankan secara efektif dan efisien.

Pertimbangkan kompetensi dan kapabilitas karyawan yang akan mengisi posisi dalam struktur organisasi.

Business Process

Gunakan pendekatan process mapping untuk mendesain proses bisnis yang akan digunakan dalam perusahaan. Abstraksi pemodelan proses juga akan membantu untuk memudahkan pemisahan antara level kebijakan, proses bisnis, prosedur, dan instruksi kerja.

Standarisasi pemodelan proses bisnis BPMN (Business Process Model and Notation) dapat digunakan agar mudah dipahami oleh orang manajemen dan IT apabila ingin dilakukan otomasi proses bisnis. BPMN telah menjadi standar internasional sehingga lebih mudah diterima oleh banyak kalangan praktisi bisnis.

Business Motivation Model ini sangat membantu dalam manajemen strategik guna dijadikan bahan kajian diantara level manajemen puncak untuk meletakkan pondasi membangun sebuah bisnis.

Sebelum membahas hal-hal terkait strategis bisnis, entah itu menggunakan Business Model Canvas (BMC), Balanced ScoreCard (BSC) atau pemodelan bisnis lainnya, maka sudah sepatutnya menetapkan motivasi membangun bisnis dengan menggunakan BMM ini.

Selamat membangun pondasi bisnis Anda. (DE)